|
|
|
|
KabarIndonesia - Berikut beberapa alasan mengapa International Press Card HOKI bukan sekedar Press Card biasa: - Jumlah penulis Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) terus bertambah, hingga sudah mencapai lebih dari 15.000 orang banyaknya; - HOKI telah mendapat penghargaan MURI sebagai media yang selengkapnya....
|
|
|

INTERNASIONAL
Menyongsong Asia Clean Energy Summit (ACES) 2017: Singapura Beranjak ke Pemberdayaan Energi Matahari
Oleh : | 22-Okt-2017, 00:04:58 WIB
|
KabarIndonesia - Kota-kota di negara-negara Asia, seperti halnya Singapura memiliki potensi kekayaan energi matahari yang maksimal sepanjang tahunnya. Namun sebagai kota di daerah khatulistiwa yang memiliki sinar matahari dalam jumlah yang cukup sepanjang tahunnya, energi matahari baru menyumbang kurang dari satu persen untuk kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan hingga sekarang ini.
Namun sekarang perubahan besar tengah dilakukan. Sejak tahun lalu pemerintahan SIngapura telah mengumumkan investasi sebesar hampir 700 juta dolar AS selama lima tahun ke depan untuk mendanai penelitian dan pengembangan proyek Urban Solutions and Sustainability yang mencakup pengembangan energi matahari.
Hingga kini, Singapura telah memiliki tempat uji coba fotovoltaik floating-float terbesar sedunia yang berlokasi di Waduk Tengeh. Namun pemerintah juga berencana untuk lebih meningkatkan adopsi energi matahari terapung di waduk dengan lebih banyak lagi.
Tercatat selama 10 tahun terakhir, negara ini telah berhasil meningkatkan kapasitas terpasangnya sekitar 1.000 kali, menjadi hampir 140 megawatt-peak (MWp). Tujuannya adalah untuk mendapatkan 350 MW energi matahari pada tahun 2020 mendatang, sehingga cukup untuk memenuhi lima persen kebutuhan energi listrik puncak pada tahun tersebut.
Goh Chee Kiong, Direktur Eksekutif, Cleantech, Singapore Economic Development Board (EDB) menyatakan bergerak menuju solusi berkelanjutan, seperti energi bersih, merupakan keharusan yang sangat penting bagi "sebuah kota kota yang sangat urban dengan sumber daya terbatas", agar bisa terus menjaga pertumbuhan ekonominya. "Dan energi matahari adalah teknologi energi terbarukan yang paling layak untuk adopsi skala besar di Singapura,” tandasnya.
Namun ambisi solarisasi Singapura ini tak luput dari tantangan. "Tiga penghalang utama adalah biaya, ketersediaan ruang dan integrasi grid PV," kata Dr Thomas Reindl, wakil CEO Institut Riset Energi Matahari Singapura (SERIS).
Dari beberapa tantangan tersebut, ruang terbatas yang tersedia untuk penempatan panel surya mungkin merupakan yang terbesar, kata Goh EDB. Mengingat bahwa Singapura adalah lingkungan perkotaan yang didominasi sebagian besar bangunan tinggi, departemen Reindl harus memikirkan bagaimana tata surya dapat diintegrasikan ke dalam bangunan yang ada - di atap atau fasad vertikal. Ini dikenal sebagai photovoltaics terpadu bangunan (BIPV).
"Sistem PV menjadi bagian dari struktur bangunan, menggantikan elemen bangunan tradisional, sementara idealnya menyediakan fungsionalitas tambahan," jelas Reindl.
Ia mencontohkan misalnya, ada perangkat shading khusus yang bisa melindungi bangunan dan penghuninya dari sinar matahari, yang pada saat bersamaan digunakan untuk menghasilkan tenaga surya.
Memanfaatkan kemajuan teknologi 3D juga bisa membatu mengatasi keterbatasan ruang. Juga mengeksplorasi model bangunan yang sesuai untuk lingkungan perkotaan yang memungkinkan perencana untuk mengidentifikasi daerah yang paling sesuai untuk dipasang PV sehingga mampu menghasilkan ruang dan energi yang lebih dioptimalkan, pungkas Reindl. (*)
|
|
|
|
|