|
|
|
|
KabarIndonesia - Jakarta, Presiden Joko Widodo pada hari ini, Rabu, 13 Januari 2021, di Istana Merdeka, Jakarta, menjadi orang pertama yang menerima vaksin dalam program vaksinasi massal secara gratis di Indonesia. Vaksinasi tersebut menjadi titik awal pelaksanaan vaksinasi nasional di selengkapnya....
|
|
|
HIBURAN
Medan Masih Kekurangan Film Maker
Oleh : Adela Eka Putra Marza | 20-Des-2008, 22:56:26 WIB
|
KabarIndonesia - “Industri perfilman saat ini sudah menjadi salah satu industri yang besar. Setiap minggu selalu ada film baru yang tayang di bioskop. Bayangkan saja, berapa milyar yang didapatkan dari film Ayat-ayat Cinta? Sebuah bisnis yang besar,” demikianlah disampaikan Rius Suhendra, seorang praktisi film di Medan dalam sebuah kuliah umum terbatas bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, Selasa (28/10).
Kuliah umum yang dilaksanakan di Ruangan Dharma Wanita FISIP USU ini diikuti oleh mahasiswa mata kuliah Manajamen Siaran Radio dan TV. Dalam kuliah umum yang dipandu oleh Febry Ichwan Butsi, asisten dosen pengasuh mata kuliah tersebut, Rius banyak berbicara tentang produksi film dan perkembangan perfilman di Medan. Pria yang pernah menyutradarai beberapa film ini menceritakan pengalamannya selama memproduksi film.
“Awalnya kita harus siapin konsepnya dulu. Lalu kita tentukan siapa saja pasarnya. Kemudian baru mencari pengisi acara, dan terakhir melaksanakan proses produksi di lapangan, alias syuting,” jelas Rius.
Menurut Rius, kesulitan dalam produksi sebuah film, bisa saja terjadi di setiap bagian pelaksanaan produksinya. Bisa saja kesulitan muncul dalam mencari karakter yang tepat untuk memerankan sebuah tokoh cerita sesuai naskah. Masalah lain yang juga harus menjadi perhatian dalam produski film adalah persoalan dana. Rius mengatakan, untuk sebuah produksi film yang hanya berdurasi 38 menit saja, bisa menghabiskan Rp 80 juta. Semua dana itu dikeluarkan untuk penyewaan alat, membayar kru dan artis, serta pengeluaran lainnya, seperti transportasi.
Di Medan sendiri, menurut Rius perkembangan film maker masih jauh jika dibandingkan dengan di Jawa. Penyebab yang paling mendasar karena memang masih kurangnya tenaga ahli dalam bidang ini. “Di Medan kekurangan SDM, jelas banget. Banyak yang otodidak. Teori sinematografi, itu yang belum dipunyai oleh film maker Medan,” jelas pemilik Kensington Institute, sekolah akting dan film di Medan ini. Selain itu, yang menjadi masalah menurut Rius lagi, sekarang ini lebih banyak yang ingin jadi artis ketimbang jadi sutradaranya. “Kalau yang jadi film maker sedikit, siapa yang mau bikin filmnya,” ujar Rius sambil tersenyum.
Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: www.kabarindonesia.com
|
|
|
|
|